Berbicara soal pendidikan di Indonesia memang tidak ada habisnya. Tidak hanya di daerah dan kota-kota kecil, masalah pendidikan juga masih diitemukan di banyak kota besar seperti Jakarta. Sebelumnya,
Mendikbud juga pernah membahas bahwa masalah pendidikan bukan hanya tugas pemerintah dan sekolah saja, tapi juga tugas seluruh masyarakat Indonesia. Namun, jika ditelusuri lagi, hal dasar apa yang harus dilakukan untuk dapat membuat perubahan? Bagaimana cara mengetahui permasalahan yang dihadapi lebih dari 25 juta pelajar di Indonesia?
“Salah satu cara jitu untuk dapat menemukan permasalahan tersebut dengan cara menganalisis data, karena sumber yang kredibel itu sangat penting. Jadi yang disampaikan adalah fakta, sesuai dengan data”, menurut Ina Liem selaku pendiri Jurusanku.com dan sebuah perusahaan data consulting bernama INADATA, dalam meetup komunitas data science di Gedung Kompas.
Berdasarkan data yang sudah diolah dan dianalisis oleh Jurusanku.com dan INADATA, berikut ini merupakan fakta mengenai pendidikan yang menarik untuk diketahui:
1. Jursan favorit dalam 3 tahun terakhir masih sama, padahal industri banyak berubah
Dalam tiga tahun terakhir ini, jurusan kuliah yang masih menjadi favorit mahasiswa adalah Manajemen, Kedokteran, Teknik, dan Akuntansi. Data dari Dikti juga menyebutkan bahwa tahun ini hanya 46% mahasiswa mengambil jurusan Sains atau IPA. Sisanya, 64% mahasiswa mengambil jurusan humanoria atau IPS.
“Padahal, setiap saya ke sekolah-sekolah, pasti lebih banyak kelas IPA daripada kelas IPS. Kenapa saat kuliah bisa berubah? Dari situ saya menggali data, melakukan wawancara, dan survey ke siswa dan juga ke orangtua mereka”, ungkap Ina.
2. Masih banyak orang tua dan siswa yang salah persepsi mengenai karir dan masa dapan jurusan
Setelah melakukan penggalian data, ditemukan ternyata masih banyak orang tua dan siswa yang salah persepsi mengenai karir dan masa depan jurusan. Misalnya jurusan matematika. Mereka mengira kalau mengambil jurusan matematika, maka peluang karirnya akan sangat sempit. Padahal dari jurusan matematika setidaknya ada lebih dari 15 lapangan pekerjaan yang dapat dijadikan peluang.
Bahkan untuk dapat berkarir dengan gaji fantastis seperti data scientist, dibutuhkan kemampuan matematika, statistika, dan komputer.
Contoh lain, saat Ina bertanya kepada siswa, apakah Indonesia termasuk negara maritim, mereka serempak menjawab iya. Padahal, berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, negara yang disebut negara maritim adalah yang 40% pendapatannya diperoleh dari hasil laut. Indonesia sendiri baru mencapai 15%.
“Dari sini dapat disimpulkan bahwa pengoptimalan potensi usaha laut masih belum maksimal. Padahal pendidikan di jurusan kelautan bukan hanya tentang perikanan”, jelas Ina menambahkan.
3. Kepribadian guru menentukan kepribadian siswa berprestasi
Jurusanku.com juga pernah melakukan pengelompokan atau profiling variabel penentu kesuksesan dengan profesi di dunia kerja. Salah satu variabel yang diteliti adalah kepribadian. Uniknya, setelah dilakukan penelitian, ditemukan fakta bahwa adanya kecocokan kepribadian antara guru tipe A dengan sejumlah murid berprestasi.
Ternyata, kepribadian guru, cara mengajar guru, berpengaruh terhadap daya tangkap siswa. Data juga menunjukkan bahwa tidak hanya siswa yang perlu diedukasi, guru pun perlu mendapatkan edukasi agar dapat menghadapi kepribadian siswa yang berbeda-beda.
4. Belum ada korelasi antara kecerdasan otak kanan dan otak kiri terhadap produktivitas kerja
Begitu pula dengan mitos yang menyatakan bahwa kecerdasan otak sangat berpengaruh terhadap kecocokan profesi kerja. Artinya, orang yang memiliki kecerdasan otak kiri berati pintar matematika, dan orang yang memiliki kecerdasan otak kanan berati unggul dalam kreativitas.
Nyatanya, data juga menyebutkan belum ada korelasi antara pengaruh kecerdasan otak dengan produktivitas bidang profesi tertentu. Banyak orang yang sukses dalam profesi tertentu bukan didasarkan hanya pada hasil dominasi kecerdasan orak kanan tau kiri saja.
5. Siswa indonesia masih banyak yang berada di level low order thinking
Dalam dunia pendidikan, terdapat 6 level tahapan menuju critical thinking. Kebanyakan siswa di Indonesia masih berada di level low order thinking, atau level terendah. Sedangkan, saat ini tenaga analis terutama di bidaNg data memerlukan pemikiran di tingkatan high order thinking, dimana siswa dapat menganalisa melalui pertanyaan yang kritis.
Hal ini sebenarnya mulai menjadi perhatian permerintah Indonesia saat ini. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan memperbanyak soal yang bersifat high order thinking question yang berbentuk essay, bukan lagi pilihan ganda. Tujuannya agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat dipertajam melalui soal latihan dan ujian.
Fenomena mengenai pendidikan di atas diperoleh berdasarkan hasil analisis data. Hal ini menunjukkan bahwa data tidak hanya dapat diaplikasikan di sektor industri, tapi juga edukasi. Tren akan kebutuhan pengolahan data akan terus meningkat dan kebutuhan akan tenaga kerja di bidang data scientisnt akan bertambah di hampir semua divisi.
Baca Juga : 4 Software Analis Data Terbaik untuk Data Science
Mempelajari pengolahan data, saat ini juga sudah menjadi kebutuhan industri. Untuk itu, melalui Course Net sebuah wadah untuk belajar data science lewat pembelajaran real case yang memiliki visi untuk mendorong kapabilitas pendidikan di Indonesia.